Minggu, 18 Februari 2018

BUDIDAYA DUKU


BUDIDAYA DUKU
(Lansium domesticum Correa)
Famili : Meliaceae


1.      Asal Usul
Duku merupakan tanaman buah tropis bertipe iklim basah yang berasal dari Malaysia dan Indonesia (Kalimantan Timur). Dari negara asalnya, duku menyebar ke Vietnam, Myanmar, dan India. Penyebaran duku tidak secepat tanaman manggis. Nama lain yang sering digunakan untuk Lansium domesticum  adalah Aglalia dooko  Griffth atau Aglaia domesticum (Corr.) Pelegrin. Di dunia ini dikenal tiga macam spesies Lansium yang mirip satu sama lain, yakni duku, langsat, dan pisitan (getahnya paling banyak). Namun, yang terkenal adalah duku dan langsat.
Di luar Jawa, duku sering disebut langsat. Namun, di daerah Jawa, buah langsat. Namun, di daerah Jawa, buah langsat sering disebut kokosan. Duku ini mempunyai banyak varietas, ada yang buahnya besar sekali, tetapi ada pula yang kecil. Ada yang berbiji besar, ada pula yang tidak berbiji (partenokarpi), tetapi ada pula yang apomiksis (biji vegetatif). Sentra produksi duku yang penting adalah Palembang, Pasarminggu (Condet), Karanganyar, dan Kulonprogo (Nanggulan). Singosari (Malang) terkenal dengan langsatnya yang tanpa biji. Negara penghasil duku adalah Filipina, Malaysia, dan Indonesia.

2.      Sifat botani
Duku merupakan tanaman hutan yang pohonnya menjulang tinggi hingga 30 m. Tanaman ini tidak terlalu besar dan berkayu keras. Getah duku lebih sedikit daripada getah langsat, sedangkan getah langsat lebih sedikit daripada pisitan.

a.       Daun dan cabang
Daun duku lebih tebal daripada daun langsat atau pisitan. Daun duku lebar, dengan ujung agak tumpul. Warna daun hijau muda. Cabangnya condong ke atas dan pendek sehingga dari jauh kanopinya tampak spesifik, abu-abu keputihan. Cabang-cabangnya bersifat kering regas, yakni mudah dipatahkan dan keras.

                     Daun dan Bunga Duku
  
b.      Bunga
Bunga duku mirip sekali dengan langsat, hanya bunga langsat sering terdapat pada tandan yang panjang. Bunga duku ada yang bergerombol dan ada pula yang dalam tandan. Sementara bunga pisitan hampir seluruhnya terdapat pada tandan dan rapat, bergetah putih banyak sekali. Ada tanaman mirip pisitan yang tandannya panjang sekali seperti untaian, tetapi buahnya lebih kecil dan rasanya agak masam. Tanaman ini disebut rambai (Baccaurea motleyana Muell. Agr. dari famili Baccaurea).
Duku memiliki bunga sempurna (hermafrodit). Bunga (tandan bunga) muncul bergantung pada cabang dan ranting. Bunga bersifat menyerbuk silang dengan bantuan polinator sejenis serangga, diantaranya lebah madu.
Tanaman ini mulai berbunga setelah berumur sepuluh tahun. Bunga muncul pada simpul-simpul mata di sepanjang cabang, dahan, dan ranting produktif.

c.       Buah
Buah duku berbentuk bulat hingga bulat telur. Warna buah putih kekuningan hingga kuning muda. Buah muda menghasilkan getah, tetapi buah tua tidak bergetah. Pada langsat, getahnya sedikit sekali, tetapi sebaliknya kokosan bergetah banyak.
Setiap buah mempunyai 0-2 biji. Biji duku bersifat poliembrioni hingga 50%. Bijinya terasa pahit. Dagingnya manis hingga masam. Tanaman duku mulai berbuah pada umur 12-17 tahun.


d.      Akar
Tanaman duku mempunyai akar tunggang dan akar samping sedikit, tetapi kuat dan dalam.

3.      Kegunaan
Kayu pohon duku cukup keras untuk bahan bangunan. Kulit buah duku dikeringkan untuk obat nyamuk atau “setanggi”. Sementara babakan (kulit batang) dapat digunakan untuk obat tradisional yaitu penyakit demam. Selain sebagai buah meja, daging buahnya belum pernah dikalengkan (canning). Namun, berpotensi untuk diusahakan sebagai buah yang dikalengkan. Bijinya terasa pahit bila ikut termakan.
  
4.      Agroekologi
Duku dapat tumbuh dan berbuah baik di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl. Duku dapat tumbuh dan berbuah baik pada tipe tanah latosol, podsolik kuning, dan aluvial. Curah hujan 1.500-2.500 mm per tahun. Tanah yang sesuai mempunyai pH antara 6-7. Tanaman lebih senang ditanam di tempat yang terlindung. Oleh karena itu, tanaman ini biasanya ditanam di pekarangan atau tegalan, bersama dengan tanaman tahunan lainnya seperti durian, jengkol, atau petai.
Duku toleran terhadap kadar garam tinggi, asalkan tanahnya mengandung banyak bahan organik. Duku juga toleran terhadap tanah masam atau lahan bergambut. Tanaman ini toleran terhadap iklim kering, asalkan kondisi air tanahnya kurang dari 150 cm. Tanah yang terlalu sarang, seperti tanah pasir, kurang baik untuk tanaman duku. Namun, tanah berpasir yang mengandung banyak bahan organik dapat digunakan untuk tanaman duku, asalkan diberi pengairan yang cukup.

5.      Perbanyakan tanaman
Tanaman diperbanyak dengan biji. Biji ini dibersihkan dari daging yang melekat pada biji (arilus), kemudian disemaikan langsung karena biji duku tidak dapat disimpan lama. Biji duku bersifat poliembrioni sebesar 10-50%.
Perbanyakan secara vegetatif dilakukan dengan sambung pucuk. Batang bawah berasal dari semai biji duku berumur setahun lebih. Perbanyakan dengan penyusuan berhasil baik, tetapi dapat dipisahkan dari pohon induknya setelah 4-5 bulan kemudian. Sementara, cara okulasi jarang dilakukan karena kesulitan mengambil mata tempelnya. Cara cangkok juga jarang dilakukan karena pertumbuhan bibitnya lemah meskipun dapat berakar.
Bibit dari biji mempunyai masa remaja (juvenil) panjang, antara 8-17 tahun. Umur mulai berbuah untuk bibit vegetatif belum jelas, tetapi di Thailand bibit sambungan mulai berbuah pada umur 5-6 tahun.
Cabang entres diambil dari varietas unggul yang daunnya masih muda, tetapi sudah mulai menua, biasanya menjelang musim hujan. Untuk memperoleh hasil sambungan tinggi sebaiknya daun cabang entres dirompes dua minggu sebelum cabang dipotong. Di Filipina, sebagai batang bawah yang kompatibel digunakan semai Dysoxylum altisimum Merr. dan Dysoxlum floribundun Merr. Hasil percobaan bibit sambungan duku di Bogor yang berumur 12 tahun belum berbuah.

6.      Varietas unggul
Varietas unggul yang dianjurkan untuk dikembangkan (telah dilepas) adalah rasuan (Palembang). Varietas unggul lainnya adalah condet (pasar minggu) dan matesih (Karanganyar). Varietas duku dari Palembang (ogan komering) sangat populer karena hampir tidak berbiji dan rasanya manis.

Duku Komering Varietas Unggul

7.      Budi daya tanaman
Duku ditanam pada jarak tanam 6-8 m dalam lubang berukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm. Setiap lubang diberi pupuk kandang yang telah jadi sebanyak 20 kg/lubang. Bibit ditanam pada umur 1-2 tahun atau setelah mencapai tinggi 75 cm lebih.
Pupuk buatan berupa campuran 100 g urea, 50 g P2O5, dan 50 g KCl per tanaman diberikan empat kali dengan selang tiga bulan sekali. Setelah ditanam, bibit harus diberi naungan dengan atap daun kelapa atau jerami kering. Kondisi lahan di sekitar bibit harus dijaga agar tetap lembab.
Pada musim kemarau dianjurkan di sekitar batang tanaman diberi mulsa jerami kering. Mulsa tidak boleh menutup bagian pangkal batang. Hal ini untuk mencegah serangan rayap yang tidak terlihat dan mencegah leher batang terlalu basah. Pemeliharaan selanjutnya adalah pembersihan tanaman dari lumut kulit batang (Lichenes) dan parasit (benalu). Bibit dari biji mulai berbuah pada umur 8-17 tahun, tergantung pemeliharaan. Di Thailand, bibit sambungan mulai berbuah pada umur 5-6 tahun. Biasanya tanaman berbunga pada bulan Desember-Januari.

8.      Hama dan Penyakit
Hama penting pada tanaman duku adalah kutu putih (Pseudococcus lepelleyi) yang sering menyerang daun pupus (muda) dan penggerek buah duku (Curculio sp.) yang menyebabkan buah berlubang dan gugur sebelum matang. Penyakit yang menyerang tanaman duku adalah cendawan mati pucuk cabang (Gloesporium gloesporoides) dan bercak cokelat pada buah yang disebabkan oleh antraknosa (colletorichum gloesporoides). Kelelawar dan tikus merupakan binatang yang dapat merusak buah. Oleh karena itu, buah duku yang masih muda harus diberongsong dengan bongsang yang dibuat khusus atau dibungkus dengan karung.


                            Hama dan penyakit duku pada daun dan ranting.

Hama lain yang jarang dikemukakan pada tanaman duku adalah penyakit cakar ayam. Gejalanya, di ujung tanaman tumbuh tunas pendek, rapat bergerombol, dan membengkok (bundel). Diduga penyakit ini disebabkan oleh tusukan serangga pengisap cairan (Helopeltis sp.). akibatnya, ujung cabang yang sakit tidak mampu tumbuh memanjang. Bila kondisi lahan subur, dari ujung tunas yang bundel tersebut sering tumbuh tunas-tunas baru hingga tampak sangat menarik sebagai hiasan. Hama ini dapat diberantas dengan menyemprotkan insektisida Tamaron 0,3% dan ujung cabang bundel dipotong (dibuang dan dibersihkan).
   
9.      Panen dan Hasil
Buah duku dapat dipanen setelah tua benar (matang pohon), yakni setelah berumur 6 bulan sejak anthesis (bunga mekar). Warna buah menjadi kekuningan, kulit tipis, dan getahnya sedikit (tetapi pada pisitan getahnya tetap banyak), serta agak lunak. Buah dipanen dengan memotong tangkai tandan (tangkai buah) dan tidak boleh dijatuhkan ke tanah. Hasil panen dapat mencapai 100-600 kg per pohon per tahun. Musim panen buah antara bulan Februari – April. Produksi duku pertahun dapat mencapai  208.350 ton.

10.  Perdagangan
Kriteria buah duku yang bermutu tinggi, yakni kulit tipis, bersih, warna kekuningan, tidak berbiji (seedless), rasanya manis, dan besarnya seragam.
Dengan mencelup buah duku dalam larutan benomyl 4 g/liter air serta menyimpan buah tersebut pada suhu 15° C dan kelembaban 85-90% dapat memperpanjang daya simpan buah selama dua minggu.






 













Tidak ada komentar:

Posting Komentar